Jayawijaya, 24 April 2025 – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di wilayah Papua Pegunungan terus menunjukkan perkembangan positif. Kini, program ini mulai melibatkan para pelaku ekonomi kreatif, khususnya petani Orang Asli Papua (OAP), dalam rantai pasok bahan pangan guna memperkuat ketahanan pasokan lokal.
Langkah strategis ini dibahas dalam Rapat Koordinasi Internal antara Pimpinan Program MBG dan Kelompok Kerja Papua Produktif dari BP3OKP Provinsi Papua Pegunungan, yang berlangsung pada Kamis (24/4) di salah satu dapur MBG di Kabupaten Jayawijaya.
Rapat dipimpin oleh Anggota Pokja Papua Produktif, Yoyo Iwik Sriyoto, dan turut dihadiri oleh sejumlah pelaku usaha kreatif serta petani OAP dari kawasan Wamena. Dalam sambutannya, Yoyo menegaskan pentingnya partisipasi masyarakat lokal agar manfaat program MBG tidak hanya dirasakan oleh siswa penerima, namun juga memberi dampak langsung bagi kehidupan ekonomi para petani.
Saat ini, Program MBG di Jayawijaya telah menjangkau 20 sekolah dengan total 3.500 siswa sebagai penerima manfaat. Namun, tantangan masih dihadapi terkait ketersediaan bahan pangan lokal, terutama sayur dan buah.
Ketua Dapur MBG, Pak Maman, mengungkapkan bahwa kebutuhan harian dapur mencapai 3.500 porsi makanan. Karena keterbatasan pasokan dari wilayah setempat, sejumlah bahan seperti kol, sawi, wortel, dan pepaya masih harus didatangkan dari luar daerah, termasuk dari Jayapura.
Menanggapi kondisi tersebut, Bapak Malik dari tim dapur MBG menyampaikan daftar bahan pangan yang dibutuhkan secara rutin, yakni kol, labusiam, wortel, sawi, kacang panjang, nenas, dan pepaya.
Sejumlah pelaku ekonomi kreatif dan petani OAP yang hadir dalam rapat menyatakan kesiapannya untuk mendukung program ini. Mereka melihat keterlibatan ini sebagai peluang baru dalam memasarkan hasil tani yang selama ini sulit terserap pasar.
Dengan terjalinnya sinergi antara pelaksana program, petani lokal, dan Kelompok Kerja Papua Produktif, Program MBG di Papua Pegunungan kini tidak hanya menjadi sarana pemenuhan gizi bagi pelajar, tetapi juga menjadi motor penggerak roda ekonomi masyarakat asli Papua. Harapannya, kolaborasi ini terus tumbuh dan membawa dampak berkelanjutan bagi kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di Bumi Cenderawasih.


Penulis: Aulia SRN